www.ceaster.com
- Di
saat orang-orang rebutan untuk masuk ke istana DPR yang penuh akan
kemegahan dan kekuasaan, Mak Wati dengan mudahnya bisa masuk ke istana
itu.
Di saat orang-orang sibuk berkampanye dan menampilkan
pencitraan terbaik mereka untuk menghirup aroma segar istana DPR yang
wangi akan tahta, Mak Wati dengan santainya menikmati setiap lantai
istana itu.
Di saat orang-orang berlomba-lomba merajut prestasi
bahkan sampai saling menjatuhkan sesama demi mempertahankan kedudukannya
di istana DPR yang menawarkan berjuta bahkan bermilyar kenikmatan fana,
Mak Wati sudah 29 tahun terakhir ini tak pernah beranjak dari istana
itu.
Hebat bukan?
Ya, beliau adalah Mak Wati. Wanita berusia
61 tahun yang begitu luar biasa. Sosok istimewa yang tak pernah
muluk-muluk berpikir tentang hidup. Tulus dan ikhlas menjalani hidup
ini. Raga beliau yang tak lagi muda senantiasa dibalut senyum yang
sangat manis telah mampu memikat Saya mala mini. Selepas menyaksikan
tayangan “Hitam Putih” petang ini Saya begitu terinspirasi oleh sosok
Mak Wati.
Beliau bukan anggota DPR dalam arti sesungguhnya namun
beliau adalah bagian dari istana tersebut. Mak Wati bekerja setiap hari
menjajakan gorengan dan makanan ringan di gedung DPR. Beliau hanyalah
seorang lulusan SD yang berpikir maju bahwa pendidikan adalah segalanya.
Anak-anak beliau harus lebih tinggi level pendidikan dan derajat
kehidupannya daripada beliau. Sungguh potret kehidupan nyata yang jarang
namun sangat menggugah hati.
Karir beliau berawal dari orang yang
berjasa di bidang kebersihan atau “cleaning service” di gedung DPR.
Setelah satu tahun, beliau naik pangkat karena ditawarkan untuk
berdagang makanan di salah satu kantin yang ada di dalam gedung DPR.
Namun karena usia yang semakin menua, beliau pun memilih berhenti
bekerja di kantin dan mulai menjajakan gorengan dan makanan lainnya dari
lantai ke lantai. Menurut penuturan beliau di “Hitam Putih”, setiap
hari gorengan dan makanan yang dibawa itu Alhamdulillah habis dengan
kisaran penghasilan 50 ribu-100 ribu perhari. Semua hanya demi kehidupan
dan pendidikan anak-anak beliau. Luar biasaaa..
Di saat banyaknya
orang tua yang memiliki kemampuan finansial di atas rata-rata,
terkadang ada yang melupakan bahwa pendidikan itu penting. Sebagian dari
mereka memanjakan anak-anaknya dengan harta dan pergaulan yang glamor.
Jangankan pendidikan formal, pendidikan karakter yang seharusnya dimulai
dari keluarga pun kadang diabaikan. Mungkin itu hanya sebagian kecil
saja, namun itu benar adanya.
Kembali ke sosok Mak Wati. Beliau
adalah wanita yang tangguh, berpikir maju dan tidak kolot, dan
meninggikan peran pendidikan dalam kehidupan. Beliau memiliki lima orang
anak yang semuanya besekolah dan siapa sangka si bungsu kini sedang
menyelesaikan studi “double degree” nya di Jerman. Sebelumnya sang anak
menuntut ilmu di UNJ jurusan pendidikan Bahasa Jerman tapi rejeki tak
ada yang bisa menerka, sang anak bisa sekolah di Jerman untuk ikut
program “double degree” jurusan Business Management oleh program
beasiswa. Ini sungguh luar biasa. Kisah nyata yang begitu menampar kaum
borju yang masih berpikir uang adalah segalanya. Kisah seorang tukang
gorengan yang mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga pendidikan tinggi.
Kisah Ibu dan istri tangguh yang menjunjung tinggi arti sebuah
pendidikan. Satu hal yang sangat berkesan dari sosok Mak Wati, beliau
selalu memandang pendidikan adalah segalanya dan kesempatan tak datang
dua kali.
Kadang jika hanya menggunakan logika, kita berpikir
bagaimana mungkin dengan penghasilan sebesar itu, seorang Ibu sanggup
menyekolahkan semua anak beliau. Namun, ini nyata adanya. Doa orang tua
yang tulus dengan niat baik untuk menyekolahkan anak-anaknya akan
dijabah oleh Allah SWT. Rejeki selalu ada lewat berbagai cara. Entah itu
dari penghasilan Ibu, penghasilan Ayah atau dari jalan yang lainnya.
Yang jelas, selalu ada jalan untuk sebuah niat dan keinginan yang mulia.
Hebat dan sungguh inspiratif sekali engkau, duhai Mak Wati.
Yakinlah,
dengan pendidikan semua bisa diraih. Bukan hanya materi dan jabatan
yang harus dikejar di dunia ini melainkan amal dan ilmu bermanfaat lah
yang akan dibawa hingga ke liang lahat. Pendidikan tak hanya mampu
mengangkat derajat keluarga melainkan mampu mengubah nasib seseorang.
Sebuah kisah yang mengundang air mata haru bercucuran.
Tak ada
yang tak mungkin dalam hidup ini. Bahkan seorang anak tukang gorengan
pun berhak sekolah di Jerman. Seorang Ibu dan istri yang sederhana pun
berhak memperoleh kebahagiaan lahir dan batin. Karena tak ada yang tak
mungkin selagi kita percaya akan kebesaran Allah SWT. Dengan kemauan
yang luar biasa kita semua pasti bisa menjadi luar biasa.
Hebatnya
Mak Wati, sang penjaja gorengan di gedung DPR yang mampu menyekolahkan
semua anak-anak beliau. Secara tak langsung beliau lah anggota DPR yang
paling bertahan lama, hingga mencapai tahun ke 29. Woooow..
Ceaster Corp