Nur Hadianto adalah salah satu contoh
wirausahawan muda yang patut diperhitungkan. Dengan modal pas-pasan,
pemuda berusia 21 tahun itu bisa meraih omset puluhan juta. Kuncinya
adalah kerja keras dan pantang menyerah.
Masa-masa sulit itu masih terbayang dibenak Nur Hadianto. Pemuda
berusia 21 tahun itu menghabiskan masa kecilnya dengan bekerja
serabutan. Semua itu dilakukan agar dia bisa sekolah dan membantu orang
tuanya.
Nur pernah menjajakan kue ke sekolahnya. Bahkan, ketika pulang sekolah,
dia masih sempat berjualan sari kedelai keliling kampungnya. Karena
hasilnya masih belum cukup banyak, dia juga pernah berjualan jamur
tiram.
Suatu saat, teman-teman Nur pun mengejeknya. Maklum, karena jarang
sekali bocah seusianya itu menjajakan kue ke sekolah. Ejekan itu pun
diterima dengan lapang dada. Dia tetap bersemangat, melanjutkan hidup
dan menantang kerasnya dunia.
Memang, pemuda bertubuh ramping itu berasal dari keluarga pas-pasan.
Tak ayal, sekolahnya pun dibiayai oleh kakaknya. Orang tuanya tidak
punya cukup uang untuk menyekolahkan Nur ke jenjang yang lebih tinggi.
Melihat pengorbanan sang kakak, Nur pun merasa berat hati. Dia pun
bertekad untuk memiliki usaha sendiri. Agar keuntungannya bisa untuk
biaya sekolah dan menyambung hidup. Tekad untuk menjadi pengusaha itu
terpatri didadanya.”Berangkat dari hal tersebut, saya mencoba mencari
tahu pekerjaan yang seperti apa yang mereka jalankan. Ternyata
kebanyakan dari mereka yang kaya raya bekerja sebagai pengusaha. Dari
situlah saya semakin yakin untuk mewujudkan cita-cita menjadi seorang
pengusaha,” tuturnya.
Awalnya dia sempat bingung akan memulai usaha dibidang apa. Kebetulan,
Nur punya keahlian desain grafis. Dia pun mencoba mengasah
kemampuannya tersebut dengan bertanya ke beberapa temannya. Seiring
dengan bertambahnya pengetahuan tentang usaha percetakan, Nur Hadianto
berani merintis usaha percetakan walau dengan modal yang sangat kecil.
Kali pertama mendirikan usaha percetakan, Nur Hadianto tidak
mendapatkan restu dari orang tuanya. Orang tua Nur Hadianto berpikiran
kalau usaha yang ingin ditekuni oleh putranya tersebut tidaklah
menjanjikan. Namun, Nur Hadianto berusaha meyakinkan orang tuanya kalau
usaha percetakannya mampu berkembang dan mendatangkan pundi-pundi uang
yang besar.
Orang tua Nurhadianto sebenarnya menginginkan putranya itu untuk
bekerja di pabrik saja. Pasalnya, penghasilan yang didapatkannya sudah
pasti jelas. Karena itulah, Nur Hadianto semakin bekerja keras, dan
ingin membuktikan kepada orang tuanya kalau pilihannya menjadi
pengusaha percetakan tidaklah salah.
Setelah Nur Hadianto mampu membuktikan kalau usaha percetakannya mampu
berkembang dengan pesat dan memiliki omset yang besar, akhirnya kedua
orang tuanya memberikan restu. Restu yang sudah didapatkan Nur
Hadianto, semakin memacu semangatnya untuk mengembangkan usahanya
menjadi lebih besar lagi.
Kali pertama Nurhadianto merintis usaha percetakan, hanya bermodalkan
uang sebesar Rp 25 ribu. Uang sebesar itu hanya digunakan Nurhadianto
untuk membuat kartu nama saja. “Yang terpenting harus komunikatif, dan
aktif menawarkan jasa percetakan kepada orang-orang yang kita kenal
terlebih dahulu,” jelasnya.
Dari penawaran tersebut, kebetulan ada yang membutuhkan jasanya. Dengan
modal pengetahuan tentang desain grafis, dan hanya ditunjang dengan
peralatan yang seadanya, Nur Hadianto berani mengerjakan pemesanan
tersebut, meskipun harus dikerjakan di Warung Internet (Warnet).
Maklum, kala itu dia tidak memiliki perangkat komputer.Usaha
percetakannya meliputi semua jenis percetakan, seperti menerima
pembuatan desain untuk kaos beserta penyablonannya, undangan, kartu
nama, penjilidan buku, brosur, nota dan banner.
Namun pemesanan yang paling banyak di percetakan milik Nur Hadianto,
adalah mendesain dan membuat brosur dan banner. Untuk kali pertama
merintis usaha percetakan, Semua pemesanan jasa percetakan dikerjakan
Nur Hadianto di warnet selama empat minggu. Untuk masalah penyablonan,
Nur Hadianto meminta bantuan kepada temannya yang bekerja di perusahaan
percetakan.
Dari modal yang hanya sebesar Rp 25 ribu, kini Nur Hadianto memiliki
peralatan yang menunjang usaha percetakannya, seperti komputer,
komputer jinjing (Laptop), dan printer serta peralatan yang lain. Untuk
omset yang didapat pada bulan pertama berkisar sekitar Rp 700 ribu
untuk bulan kedua, omset yang didapat naik 50%, sekitar Rp 1,5 juta
bulan ketiga berkisar Rp 3 juta bulan keempat berkisar Rp 8 juta, bulan
kelima berkisar Rp 10 juta, bulan keenam berkisar Rp 12 juta dan omset
yang didapat untuk bulan berikutnya, selalu berkisar angka Rp 20 juta
lebih. Kebanyakan pelanggan Nur Hadianto berasal dari berbagai Sekolah,
dan dari beberapa perusahaan ternama yang ada di kota Sidoarjo.m14
Ingin menikmati hasil di usia 30 Atau 40 Tahun
Dengan usia yang masih terbilang sangat muda, laki-laki kelahiran
Surabaya, 10 November 1991, berhasil menjalankan usaha percetakan yang
didirikan di pertengahan bulan Juni tahun lalu (2012) dengan sangat
cemerlang. Di tahun pertama merintis usaha percetakan, dari modal yang
hanya sebesar Rp 25.000 Nur Hadianto mampu mengembangkan usahanya
hingga memiliki omset berkisar Rp 20 juta karena perkembangan usaha
percetakannya sangat cepat, Nur Hadianto berani menargetkan omset
sebesar Rp 100 juta untuk tahun kedua.
Pengusaha muda yang berdomisili di jalan Taman Pinang Banjarpoh, RT 11,
RW 05, Kabupaten Sidoarjo itu, sangat yakin bahwa di tahun depan atau
tahun kedua dia menjalankan usahanya, mampu mencapai target sebesar
itu. Nur Hadianto juga menargetkan, di tahun depan (2013) bisa menyewa
rumah toko (ruko) untuk dijadikannya tempat usaha percetakannya, serta
memiliki karyawan sendiri. Nur Hadianto, juga memiliki target untuk
pensiun di sekitar umur 30 sampai 40 tahun, dalam artian dirinya sudah
bisa menikmati hasil jerih payahnya menjalankan usaha percetakan.
“Saya memunyai target untuk pensiun saat berusia tiga puluh. Saat
mencapai usia itu, saya sudah bisa menikmati hasil dari semua jerih
payah dalam menjalankan usaha percetakan.” Jelas Nur Hadianto.
Untuk meraih kesuksesan memang tidak mudah. Awal mendirikan usaha
percetakan, Nur Hadianto harus merasakan pahit yang kesekian kali.
Sering merugi sudah begitu akrab dan melekat sejak mendirikan usaha
percetakan. Banyak pelanggan yang sudah memesan barang namun tidak di
ambil, hingga Nur Hadianto harus merasakan kerugian yang lumayan
besar. Selain mengalami kerugian, Nur Hadianto juga memiliki
pengalaman yang kurang menyenangkan, yakni, saat dia telah seoptimal
mungkin membuat suatu desain, namun setelah desain itu sudah jadi,
pemesan malah melontarkan komentar yang kurang menyenangkan, dan Nur
Hadianto merasa jika jerih payahnya membuat desain tidak dihargai oleh
pemesan.
Namun, hal itu menjadi pemicu untuk Nur Hadianto agar lebih kreatif dan
inovatif untuk membuat desain. Selain usaha percetakan, Nur Hadianto
juga menawarkan jasa les privat komputer. Banyak juga yang menjadi anak
didik saya.kebanyakan mereka adalah anak-anak. Ada juga yang berasal
dari orang dewasa. “Kebanyakan murid yang saya bombing berasal dari
kalangan anak-anak. Ada juga yang berasal dari orang dewasa. Kalau
orang dewasa, biasanya privat karena tuntutan dari pekerjaannya,”
ungkap Nur Hadianto.
“Jangan pernah sekalipun mengatakan saya sudah menyerah, dan saya sudah
tidak sanggup lagi menghadapinya,” jelas Nur Hadianto. Banyak cara
yang di tempuh Nur Hadianto untuk meraih kesuksesan. Asalkan selalu
berusaha dan tidak mudah menyerah, pasti ada jalan. Menjadi orang yang
terbuka dengan pengetahuan yang baru dan tentunya pengetahuan itu baik
dan berguna, juga menjadi salah satu cara Nur Hadianto untuk meraih
kesuksesan. Yang terpenting ketika datang suatu masalah, seketika itu
juga harus diselesaikan. m14 Surabaya Post Online - Garap Order Awal di Warnet, Kini Raup Puluhan Juta